Minggu, 30 September 2007

KISAH KAUM KUSAM EPISODE KE 2

ini juga kisah nyata yang dialami oleh teman yang telat menerima gaji karena perusahaan tempat dia bekerja mengalami kesulitan keuangan


“Andai ku tahu.........” lagu dari ungu mengalun dari ringtone hand phoneku, berarti istriku yang nelpon karena ringtone ungu aku set untuk menerima telpon dari rumah.”Halo, assalamualaikum, ada apa bu?” jawabku membuka pembicaraan.”bapak hari ini gajian ngga?, kalau udah gajian nanti pulang kerja beli beras karena stok beras udah habis buat makan besok, sekalian beli susu karena susu anak kita juga sudah tinggal sedikit” Pinta istriku. Aku menjawab dengan penuh keraguan apakah gajiku ditransfer hari ini “Iya bu nanti pulang kerja aku langsung ke ATM untuk mengambil duit”
Kembali aku disibukkan dengan rutinitas yang biasa aku kerjakan, dan aku hampir lupa kalo kali ini akan naik gaji. Waah..... aku dapat nilai apa ya dan gajiku naik berapa ya, berarti ada duit lebih walau ngga seberapa, hal itu berkecamuk dalam pikiranku.
Bel pulang sudah berbunyi, segera aku cuci tangan dan bergegas untuk cepat ATM karena kalo hari gajian tiap akhir bulan pasti ATMnya ngantri panjang. Dengan langkah panjang segera aku absen dan melunjur menuju motor. Dengan kecepatan tinggi kupacu sepeda motor bututku yang umurnya lebih tua dari umur anakku Sesampainya disalah satu pusat perbelajaan segera kuparkir motorku dan segera menuju ATM, dan ternyata benar dugaanku antrian sudah panjang. “Waduh panjang banget nih jadi males ngantrinya nih” gumanku dalam hati, terngiang lagi pesan istriku waktu telpon tadi yang akhirnya dengan sangat terpaksa aku ikut ngantri.
Sudah setengah jam aku berdiri menunggu dapat giliran untuk mengambil duit, capek juga dan keringat sudah mulai menetes padahal ruangan berAC tapi kok masih panas juga mungkin karena terlalu banyak orang sehingga ACnya tidak terasa sejuk atau mungkin temperaturnya dibuat agak tinggi untuk berhemat sesuai anjuran pemerintah untuk berhemat.
Akhirnya sampai juga aku didepan mesin ATM setelah hampir satu jam ngantri, aku masukkan kartu ATM dengan segera, “aku cek saldo dulu aah” pikirku karena hal itu tidak biasa aku lakukan, biasanya aku langsung ke menu penarikan tunai untuk mengambil sejumlah uang yang aku butuhkan. Terdiam sejenak saat ku lihat saldo diATMku masih tetap tidak bertambah. Setengah tidak percaya aku keluarin kartu atm dan aku masukkan lagi sampai tiga kali tapi tetap saja saldonya tidak bertambah.
Dengan langkah gontai aku keluar dari ATM menuju parkir motor, dengan pelan – pelan ku jalankan motorku pulang kerumah sambil mencari alasan agar istriku dirumah mau menerima keadaan ini.Ditengah perjalanan aku melihat rambutan dipinggir jalan segera aku berhenti menghampiri. Kemudian kutawar yang ternyata harganya 5000 untuk 1 ikatnya. Lalu aku beli satu ikat, “mungkin ini bisa sedikit menghibur istri dan anaku” pikirku.
Sesampainya dirumah aku disambut keceriaan anakku “ayah pulang... bawa rambutan, ayah pulang.........bawa rambutan, ayah pulang ........bawa rambutan........”. Resahku hilang seketika melihat keceriaan anakku, kuberikan rambutan dan disambutnya dengan senang sekali.
Setelah mencium anakku, aku masuk kekamar meninggalkan anak dan istriku yang asyik makan rambutan dan setelah mengganti baju seragamku, kurebahkan badanku sambil menatap langit – langit kamar dengan pandangan kosong. Tak lama kemudian istriku menyusul sementara anakku masih asyik makan rambutan sendirian.”bapak mau dibikinin teh manis?” tanya istriku membuka pembicaraan. “boleh” kataku dengan tidak bersemangat.
Tak lama kemudian istriku masuk dengan segelas teh hangat. “gimana pak udah gajian belum?”, sambil menatap mata istriku yang penuh harapan, dengan lirih kujawab “belum bu”. Sejenak istriku terdiam kemudian berkata “trus gimana pak beras kita sudah habis dan susu anak kita juga sudah tinggal sedikit?”. Bagai dihantam palu godam dan ditusuk beribu – ribu jarum kepalaku seperti mau pecah. Sebagai kepala rumah tangga merupakan kewajiban yang mutlak harus aku penuhi untuk memberi nafkah buat istri dan anakku. Pertanyaan istriku membuat aku hampir kehilangan kesadaran, lalu aku membuka dompet dan mengeluarkan sisa uang yang ada, “ini sisa uang bulan ini, besok ibu beli beras secukupnya yang penting kita bisa makan walapun ala kadarnya, dan mudah – mudahan gajiku besok sudah ditransfer”. “ya sudah ngga papa, segini juga sudah cukup buat makan besok yang penting bapak dan anak kita bisa sarapan pagi dan susu anak kita masih cukup buat besok pagi” hibur istriku menenangkan hatiku. “ya bu, mudah – mudahn besok aku udah gajian” segera aku bangun dari tidurku dan mencium kening istriku yang bijaksana dan mengerti kesulitan suaminya...................

1 komentar:

Nihayatul (Ninik) Wafiroh mengatakan...

Hemmm. hidup adalah tantangan dan perjuangan, bila sudah ada perjuangan berarti kita sudah tidak hidup lagi